Minggu, 31 Mei 2020
H+2 pasca Turunnya uang dari hujan keringat. Gak kerasa udah 9 bulan aku ngejalanin pekerjaan pertamaku as fresh graduated. Sekarang aku ada dalam fase lagi bingung memilih prioritas untuk budgeting reservoir kasku. Hmm, balance lebih tepatnya. Ibarat pepatah kartun 80 an, "ingin ini ingin itu banyak sekali". Mulai dari pengen beli iPhone 7+ karena harganya lagi anjlok banget. Second handnya 4jt an sedangkan yg baru 6 pas kurang dikit. Setelah dipikir-pikir lagi. Apalah arti gadget kalau cuma bikin kita lupa waktu dan malah gak produktif. Karena aku lebih banyak kedistractnya dalam game hape pintar itu, lebih baik aku spend ke hal lain yang ngebantu aku tumbuh berkembang, ciee bahasa iklan susu balita.
Nah back to reservoir. Jadi Uang di "kantong" ini dulunya aku rencanain buat beli motor dulu, meskipun aku belum lulus ujian SIM C karena satu dua hal. Ya, it's okay, I think its worth for me. Jaman sekarang untuk seorang makhluk muda yang bekerja, motor itu not a must tapi Need banget apalagi untuk pekerjaan yang mobilitas tinggi. Dan ngomong-ngomong soal pekerjaan, yups, pekerjaanku yang sekarang gak terlalu ada mobilitas karena kerjaannya di back office. But, soon, apalagi soal kehidupan "relation" atau pekerjaan selanjutnya, aku bakal butuh banget yang namanya kendaraan beroda dua ini.
Kenapa aku mention pekerjaan selanjutnya, karena di akhir bulan Agustus 2020 kontrakku bakal off dan rencananya aku bakal ngomongin soal rencana resignku atau apa ya istilahnya... intinya begitulah, selasa besok. Keputusanku ini udah bulat karena aku rasa 9 bulan itu adalah waktu yang cukup "tuman" merasakan pekerjaanku yang satu ini. Sebenernya di tulisan sebelumnya aku juga banyak sambatnya sih soal pekerjaan ini. Karena pekerjaanku ini gak bisa aku ajak berteman, bulan aku gak bisa akrab sama pekerjaan ini. Apalagi ketemu dengan yang namanya interupt ketika ada dalam daily questnya jobku yang sekarang. They should hire more man here. Tapi its okay, keputusanku udah bulat ser. I will take the risk, and I am ready for it. Let it be. Team leader so blind for teamwork, no offense but I tell you the truth. She is not even a "Leader", she just look like a mini boss for us. Leader yang memberi perintah kepadaku bahwa aku harusnya menyesuaikan diri dengan sikapnya, okay I just do it from 9 months ago but here I am, still feeling like its not wrong on me or us, but its you witch, wake up yourself. Emotional, dalam artian tiba-tiba moodnya jelek, wth sis, gak bisa diajak ngomong baik-baik. Sikapnya yang moody ini yang bikin kami menurunkan kadar respect kepada si beliau ini. Kalau aku jadi bossnya nih ya, kalau ada 2 orang leader, yang satu agak bego yang satu pinter. tapi yang pinter ini gak peka banget sama atmospherenya, sedangkan yang agak bego ini peka banget sama timnya, ya aku milih yang agak bego lah sebagai pemimpin. Karena pengetahuan itu bisa di upgrade, tapi karo sifat, ngggh take a long journey bro.
Sekian terapi pelampiasan saya. Kalo ada nih tim leadernya yang baca, tolong ya, sadar dikit, di timmu ini semua manusia, ada perasaan, tolong berkata dan beraut muka semanusia mungkin ya. Terimakasih.