31 Juli 2021/ sabtu 11:49
Belakangan ini aku suka membaca buku bergenre fantasi.
Tunggu sebentar, sensasi pencetan keyboard di laptop Toshiba L645 ini sudah
mulai terasa asing. Aku sekarang lebih sering memencet balok-balok keyboard
computer di kantor. Syukurlah aku sudah diterima bekerja di suatu perusahaan
pelayaran kapal di kota Surabaya sejak 15 April 2021.
Berbicara soal topik awal yang seharusnya lebih awal dibahas
ketimbang pekerjaan baruku, aku mulai menggali minat baca yang sudah lama
terkubur. Mungkin lebih tepatnya terakhir aku menyingkap minat itu ketika aku
duduk di sekolah dasar. Pada hari itu semua guru wali kelas SDN Wates 3
Mojokerto mewajibkan murid-muridnya untuk membeli buku di basar buku yang akan
diselenggarakan keesokan harinya. Aku sangat antusias ingin membeli buku mungil
bertemakan cerita nabi. Sebelum kami membeli buku-buku itu, masing-masing anak
diberikan selembar kertas buram yang bentuknya agak panjang berisikan
judul-judul buku yang akan di jual di basar besok. Lantas esok harinya kami
cukup memberikan lembar “wishlist” tersebut ke penjual dan membayarkan uang
sesuai harga dalam list tersebut.
Akhir-akhir ini minat itu muncul kembali. Aku keheranan menebak dari mana asal motivasiku
ini. Mungkin karena kesepian dikos atau mungkin mencari kesibukan dikala
liburan yang bisa saja aku pakai untuk rebahan seharian sampai badan lelah
dengan sendirinya. Menimbang hal tersebut, akhirnya kuputuskan mencari buku
dengan genre yang aku suka. FIksi. Mungkin karena lelah melihat kenyataan yang
memuakkan dan teori yang aku rasa buat apa untuk dibaca. Aku mulai menaruh
minat baca kepada buku fiksi yang luwes, menghibur, dan menemani. Syarat-syarat
tersebut juga diucapkan oleh tere liye di video sesi Tanya jawab mengenai
tipe-tipe buku yang bagus itu seperti apa. Penulis sekaligus akuntan itupun
menjawab bahwa ada 3 jenis buku yang bagus. Salah satunya adalah buku yang
menemani dan menghibur. Buku pertama yang mulai aku baca adalah Bumi karya Tere
liye, yaitu buku pertama dari seri bumi itu sendiri. Rasanya seperti memasuki
dunia perkartunan lokal dengan sedikit bumbu-bumbu kekuatan super ala boboiboy
dan harry potter. Bahkan aku agak kesulitan membayangkan pintu loteng yang bisa
ditarik sampai serendah kaki sehingga kita tidak perlu repot-repot naik.
Menarik. Kemudian dilanjutkan dengan buku bergenre misteri, Penance karya
Minato Kanae. Berdasarkan review dari booktuber, buku ini memiliki kesan
misteri dan memberikan sentuhan magis berupa perasaan tidak enak setelah
membaca. Psikologi misteri, menarik. Setelah dibaca, bumbu parenting yang
seolah memanggil kenangan-kenangan buruk semasa kecil yang mungkin pernah
dialami banyak orang termasuk aku, memberi catatan “parenting yang baik” harus
seperti apa. Seolah menebalkan do dan don’t ketika menjadi orangtua kelak.
Kemudian berlanjut dengan Girls in the dark karya akiyoshi rikako, buku dengan
genre yang sama dengan Penance hanya saja disini plot twistnya dobel dan cukup
gila. Entah kenapa, semua kegilaan yang dimiliki sisi gelap manusia semakin
menarik perhatianku. Quotes yang paling aku ingat ada di halaman 242 “semakin
dia imut, aku ingin rahasia itu semakin busuk” mirip-mirip dengan pemikiran ko
ching teng kepada shen chia-yi di film Taiwan “you are the apple of my eyes”
yang hampir dihukum karena tidak membawa buku. Sekarang sedang ada di Halaman
237 di buku Six Of Crows – Leigh bardugo. Buku genre fantasi dengan suasana 179
derajat berbeda dengan seri Bumi. Belum bisa komentar banyak karena masih
tersisa kurang lebih 400 halaman dan ongoing baca.