Setelah 4 tahun aku menempuh studiku di jenjang strata ini, aku kembali dihadapkan dengan kegagalan. Bukan karena proses studinya, melainkan karena proses setelah menyelesaikan studi. Benar, setelah lulus aku harus bagaimana. "what's next?" sambil merasa khawatir bahwa harapanku terlalu berlebih. Aku memilih jurusan yang aku tempuh karena memang aku melihat lulusan dari studi ini banyak dicari, dan ilmunya memang sangat dibutuhkan untuk kegiatan bertahan hidup selain makan, minum, dan berkembang biak. Apa?. Berkembang biak juga hal yang penting loh!. Sudahlah, aku tidak mau membahasnya lebih dalam. Intinya aku mencari passion di jurusan ini. Muda dan suka meraba-raba jalan mana yang harus dituju. Ya, ini bukan passion awalku. Passion awalku adalah seni, menulis, musik, sketsa, dan hal seni lainnya kecuali air seni. Tapi takdir bertingkah seakan-akan aku adalah budak mereka, "Gak, sandi, kamu harus ke jalan ini biar hidup kamu lebih baik". Oke, aku turutin, meskipun nantinya akan salah, aku bisa mengatasi itu setelahnya.
Sabtu, 18 September 2021
Many Fails
Setelah 4 tahun aku menempuh studiku di jenjang strata ini, aku kembali dihadapkan dengan kegagalan. Bukan karena proses studinya, melainkan karena proses setelah menyelesaikan studi. Benar, setelah lulus aku harus bagaimana. "what's next?" sambil merasa khawatir bahwa harapanku terlalu berlebih. Aku memilih jurusan yang aku tempuh karena memang aku melihat lulusan dari studi ini banyak dicari, dan ilmunya memang sangat dibutuhkan untuk kegiatan bertahan hidup selain makan, minum, dan berkembang biak. Apa?. Berkembang biak juga hal yang penting loh!. Sudahlah, aku tidak mau membahasnya lebih dalam. Intinya aku mencari passion di jurusan ini. Muda dan suka meraba-raba jalan mana yang harus dituju. Ya, ini bukan passion awalku. Passion awalku adalah seni, menulis, musik, sketsa, dan hal seni lainnya kecuali air seni. Tapi takdir bertingkah seakan-akan aku adalah budak mereka, "Gak, sandi, kamu harus ke jalan ini biar hidup kamu lebih baik". Oke, aku turutin, meskipun nantinya akan salah, aku bisa mengatasi itu setelahnya.
Sambat
Keluarga dari ibuk punya riwayat kanker. Hal tersebut mengisolasi kekhawatiran dalam diriku. Bagaimana jika aku punya anak, lalu ketika anak itu belum cukup besar, kemudian nyawaku direnggut karena kanker. Aku tidak ingin keturunanku mengalami kepedihan yang sama dengan yang dialami adikku. Juga keluarga. Apapun itu, aku kecewa dengan bapak. Bapak tidak mengenyam pendidikan sebail aku, sehingga ilmu dan mentalnya tidak cukup kuat diterpa kecerdikan kehidupan perkotaan.
Aku kadang mencoba untuk menelusuri informasi tentang arwah bunuh diri. Mencoba mencari pembenaran akan tindakan tersebut di dunia maya. Aku malah menemui gambaran azab dan segala macam keburukan atas keputusan tersebut. Jadi anak pertama menyebalkan, harus dipaksa lahir dan mengganti rugi atas kehidupan yang tidak ingin aku jalani. Membayar segala bentuk kegagalan karena aku. Bukan inginku lahir di dunia.
Bagaimanapun aku sudah mencurahkan isi hati kepada Tuhan lewat doa. Tapi, imanku belum setebal dan setinggi itu, aku perlu wadah yang "nyata". Harus kutuangkan sebagai bentuk cerminan diriku di masa depan.