Jumat, 08 Februari 2019

Keadilan yang tidak melihat fakta

    "Sebentar ya, nak. Bapak coba kas bon dulu ke bos buat uang jajan kamu". "Emang bapak gak di gaji?" (aku bertanya heran). "Bapak bulan kemarin sudah kas bon buat jajan kalian bulan lalu, sisanya buat biaya hidup bapak".

     Aku menyesal tidak ikut bidik misi.  Dulu mana bisa sih aku ikut bidikmisi, karena kondisi keuangan keluargaku dulunya baik-baik saja. Berbeda 90 derajat dengan yang sekarang. Kemiskinan itu sangat rentan menimpa rakyat menengah. Kecewa bercampur malu menemani setiap langkahku menuju kantor biro keuangan kampus saat aku membawa dan menyerahkan surat penundaan UKT.
   
     
 Jadi teringat masa-masa verifikasi data tiga tahun yang lalu, saat aku masuk kampus ini melalui jalur SBMPTN, penyelia yang bersikukuh untuk memberiku UKT golongan 3 yang aku rasa gapnya sangat jauh dengan golongan 2, selisih tiga juta. "Kalau kamu bawa surat keterangan tidak mampu, akan saya turunkan ke golongan 1" ucap beliau. "Tidak semudah itu pak, saya  masih punya motor, apakah saya harus miskin dulu baru mendapat keringanan dari kampus negeri ini" hatiku memekik. Apakah aku harus berbohong? apakah aku harus memiliki kenalan orang dalam agar semuanya berjalan lebih mudah? Tidak!!, aku tidak mau menjadi bibit penghacur bangsa, aku lebih memilih pindah negara daripada harus menjadi bibit korupsi. Saat itu aku sangat muak sekali dengan sistem "keadilan yang memihak" seperti yang aku alami ini.
      Jujur saja aku iri dengan temanku yang bidikmisi tetapi ekonomi keluarganya yang aku rasa menengah keatas. Apakah ada?? BANYAK. Memang benar bahwa di bumi ini, banyak sekali ketidakadilan yang akan dirasakan. Bumi bukan tempat untuk orang-orang baik mendominasi. Apakah pandanganku ini benar atau salah, aku tidak peduli. Kenyataan inilah yang sekarang aku rasakan.

      Ingin mengajukan keringanan UKT, tapi syarat berkas yang sangat sulit untuk diurus karena aku juga anak perantauan, aku hanya tinggal sendiri di sini. Aku tidak mencari kambing hitam, siapapun yang pernah merasakan hal ini, aku mau bertanya, bagaimana cara untuk merubah ketidakadilan ini? AKU BENAR-BENAR MUAK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar