Minggu, 06 Oktober 2019

My First Job as Fresh Graduate

Hai anyone?. Yeah. Sudah agak lama aku tidak menulis beberapa hal yang gak seharusnya aku tulis mengenai kehidupanku. But I do for now. Karena menurut artikel psikologis, berpendapat bahwa sesuatu yang ingin dikatakan tidak harus dikatakan tapi juga bisa di ungkapkan melalui tulisan. Agar hati ini lega, gak menumpuk masalah dalam pikiran hingga akhirnya bisa meledak kapanpun dan berdampak pada mental orang tersebut. Itu sih garis besar yang aku dapatkan dari artikel tersebut. Aku lupa artikel yang mana, haha. But today, I am not gonna share about psychological. Besok adalah hari ke-37 aku bekerja. Ini adalah pekerjaan pertamaku setelah aku wisuda sarjana di salah satu PTN di kota pahlawan. Berikut ini nanti aku bakal menguraikan fase-fase kehidupan saat aku bekerja.

Sebelum itu aku akan menceritakan tahap-tahap bagaimana aku bisa diterima bekerja di tempatku ini. Ohiya, aku bekerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang dagang atau distributor. Barang dagang yang didistribusikan berupa sampoo, pewangi pakaian, deterjen, minuman rasa, dan makanan ringan. Jangkauan distribusi dari perusahaan ini yaitu central java, jogja, east java, ntb, sulawesi, hingga sampai puncak jaya (papua). Kebetulan aku adalah lulusan kedokteran uang a.k.a akuntansi, aku di terima di posisi accounting, lebih spesifiknya staff accounting HQ. Sudah punya gambaran kan kalau area yang di jangkau sedemikan banyaknya, maka transaksinya juga kayak gimana? hahaha. Yaps, banyak banget. Aku diterima di perusahaan ini dengan melalui beberapa tahap.

Memang sholat dhuha adalah sholat yang mujarab, tanpa bantuan Tuhan, mungkin aku masih ada di kasur kos-kosan ketika semua orang sibuk-sibuknya mencari uang atau ilmu. tanggal 15 agustus kalau nggak salah, abis sholat dhuha. Tiba-tiba handphone bunyi, dan ternyata itu dari HRD Perusahaan ini, minta aku buat interview hari senin. Wah alhamdulillah seneng banget dong. Karena disaat itu emang aku lagi desperate banget sama kegiatan melamar pekerjaan, interview, tes, di phpin dan bener-bener bodoh amat lah sama kata-kata orang, yang penting aku terus usahain ngelamar kerja dan berusaha semaksimal mungkin. Di dua tempat terakhir ini lah aku mengakhiri fase-fase melamar kerja. Tempat satunya itu di konsultan manajemen gitu, cuma ya gitu, PHP wkwk. Aku orangnya masih idealis, pokoknya harus sesuai jurusan pekerjaannya.

Tahap pertama adalah tes papikostik atau apalah itu namanya, dan yang berbeda adalah aku tidak harus ke perusahaan untuk melakukan tes tersebut tapi cukup hnya mengirimkan jawaban balasan dari soal tes tersebut melalui email ke hrd. Okay mungkin untuk mempersingkat waktu atau bagaimana, karena yang aku lihat dari peserta tes di internet, yang sudah pernah ikut tes di tempat ini, dia melakukan tes ditempat. Besoknya senin aku juga langsung disuruh untuk interview di kantornya. Aku iyain aja meskipun aku agak ragu liat tempatnya di google map, kayak ruko gitu, padahal yang difoto cuma pintu utamanya aja, aslinya mah gede banget wkwk.

Tahap kedua: Langsung interview HRD dan USER dong. User ini sebut saja Mas Joni yang sekarang adalah supervisor accounting di department accountingku. Disitu intense banget si mas Joni ini kontak matanya, kayak nantangin gelud gitu hahaha. Yaudah santai aja dong mas, aku nanggepinnya juga setengah santuy sih. Bu Ipa (nama samaran) adalah Head of HRD di tempatku dan sekarang beliau resign dong, aku masuk beliaunya resign :(. Bu Ipa ini orangnya cheerful, friendly banget. Kalau ngasih pertanyaan, gak terlalu menjebak, santai banget orangnya, gak terlalu mengintimidasi. Apa mungkin karena beliau pengen cepet-cepet resign ya wkwk. Setelah interview berakhir, Aku menanyakan, "kapan ya bu, panggilan selanjutnya jika saya lolos dalam tahap ini?" Pertanyaan ini adalah pertanyaan terakhir setelah kamu menanyakan hal-hal yang harus kamu tanyakan seputar jobdesc pekerjaan kamu. Ingat, jangan tanyakan pertanyaan tersebut saat ada pertanyaan dari user atau hrd mengenai "Ada yang ditanyakan?" Dan jangan sekali-kali tanya gaji sebelum tahap terakhir. Minggu depannya aku dihubungi lagi oleh bu Ipa dan aku disuruh interview user lagi. Ternyata usernya ada dua dong. Yang satu mas Joni, dan satu lagi mbak Sinta sebagai tim leaderku. Mbak Sinta belum bisa mewawancaraiku pada waktu kemarin-kemarin karena beliaunya lagi diluar kota, jadi sebenernya yang mewawancarai aku ada 3. Akhirnya jadi 2 dan 1, syukurlah aku ga merasa di sidang lisan lagi. Wawancara dengan mbak Sinta cukup memakan waktu lama, gak kayak sama mas Joni yang aku rasa lumayan lama. Wawancaranya seputar akuntansi, pencapaian, organisasi, jobdesk.

Setelah berselang satu minggu, aku mendapat panggilan interview lagi, alhamdulillah, ini adalah tahap terakhir dari serangkaian proses rekrut perusahaan ini. Tes terakhir: Observasi. Nah loh, kok observasi. Iya jadi observasi ini bukan observasi kayak waktu di sekolah. Jadi istilahnya Test drive jobdes pekerjaanku kedepannya. Dan itu dinilai sama tim leader dan calon anggota timku. Setelah itu kemudian aku direview sama mbak Sinta. Gilak, ternyata orang ini menegangkan banget. Adrenalin banget sama orang ini, Aura intimidasinya kerasa banget. Dan aku InsyaAllah bisa beradaptasi dengan sifat beliau kwkw. Aku pulang observasi jam 4. Dijemput teman sekamar kosku. Ketika diperjalanan pulang, aku menerima panggilan masuk dari nomor yang ngga dikenal. "halomas, saya dari PT. X" "Iya ,pak" "Selamat, kamu diterima diperusahaan kami" Auto jingkrak-jingkrak dong dimotor, aku yang lagi dibonceng wkwkw. "Alhamduliillah, Terimakasih pak" "Iya sama-sama, emailnya aktif kan? saya kirim ya offering letternya" "Iya, pak, baik, pak, terimakasih, pak" Aku bersyukur banget, setelah beberapa purnama, akhirnya ada juga yang mau menerimaku apa adanya wkwkwk. Setelah kemarin berpikir bahwa "kok aku bego banget ya sampe gak ada yang mau nerima" NO, BIG NO. KAMU SALAH. Saat itu hanya bukan waktunya saja aku bekerja. Tuhan punya rencana yang lain. Tetap semangat, kamu pasti bisa. Perjuangkan setelah diterima belum berakhir. Aku masih harus dituntut untuk mempelajari jobdesk ku yang seabrek, dengan intimidasi tanggungjawab seorang akuntan perusahaan yang berupa uang milyaran entah dari mana datangnya aku input angkanya. ahhaha. Semangat, tantangan akan selalu ada, dan Tuhan akan selalu ada. Berdoalah. Wassalamualaikum.

Sabtu, 24 Agustus 2019

Someday, it will be a fine day

Hari-hari melelahkan akan segera berakhir.
Sajak-sajak indah disetiap nafas kehidupan juga akan memulai hembusan pertamanya.
Untuk saat ini mungkin aku merasa kalah. Tapi aku selalu percaya suatu saat keadaan akan berbalik.
Bersabar dan selalu berusaha sebaik mungkin.
Aku bukan insan yang lemah, aku tidak akan menundukkan kepalaku disaat aku sedang menghadapi badai didepanku.
Aku selalu menanti hari-hari indah itu.
Ketika aku bisa membantu diriku yang lain, yang merasakan hal yang sama seperti apa yang aku alami.
 Kalian pasti bisa menghadapi semua ini.

Rabu, 19 Juni 2019

Rest in Peace 2nd Kitten

Rabu, 19 Juni 2019
16:09

"mimimi mimimi"
masih ingat, itu adalah bunyi pertama yang aku dengar saat ketiga anak kucing ini lahir. Diantara tiga corak unik dari warna bulu mereka, terdapat satu yang menurutku polanya aneh. Anak kucing yang lahir kedua ini memiliki warna bulu hitam putih dengan pola warna hita hitam yang menutupi kepala sampai tepat di atas mulutnya. Jadi nampak seperti pakai helm. dan warna hitam itu menyelimuti hampir di setiap jengkal anggota tubuhnya kecuali kaki-kakinya. Kakinya seperti memakai kaos kaki berwarna putih. Itu adalah hal yang paling aku ingat dari anak kucing yang baru saja meninggal jam sekitar jam 1 malam tadi. Memang kondisi kitten yaang kedua ini memang memprihatinkan ketimbang kakak dan adiknya. Kakak dan adiknya memiliki postur yang jauh lebih gempal atau berisi daripada anak kedua ini. Sebut saja kitten kedua ini dengan nama "raku".

      Dihari-hari pada awal menyusui aku selalu merhatiin tingkah laku dari ketiga kitten ini. si raku ini memang yang aku lihat memang tidak terlalu pintar atau tidak terlalu nafsu dengan susu induknya (cemong). Setiap adik dan kakaknya berebut untuk mencari sumber susu, si raku ini masih agak lama nemuin puting dari cemong. Akhirnya aku inisiatif  buat menuntun si raku biar bisa nemuin, sampai berulang kali aku taruh si raku ini secara privat breasting ke cemong. Tapi kayaknya memang usahaku ini sia-sia dimata takdir Tuhan. Si raku meninggal dengan keadaan kaku dan warna merona di setiap kulitnya menjadi kehitaman. Aku kaget dong abis pulang dari warkop, jam satu, nemuin si Raku udah terbujur kaku. Aku kira tidur ya, malah hal yang aku takutin terjadi. Gak ada detak jantung, gak bergerak, dengan mulut yang menganga, mungkin usahanya untuk mencari sumber susunya kerap gagal. Seleksi alam memang kejam.
       Jam 10 pagi tadi aku dan temenku mengantar Raku ke peristirahatan terakhirnya dengan pemakaman yang sederhana. Rest in peace ya Raku. Mungkin kamu jauh lebih bahagia di sisi Tuhan. Baru kali ini aku ngerasain sedih karena peliharaan aku mati. Dulu pas melihara kelinci, ikan cupang, terus anak ayam warna-warni gak sampai sesedih ini :(

Sabtu, 15 Juni 2019

ThreemasKITTEN Baru

Sabtu, 15 Juni 2019
16:17


Grooming merupakan gerakan menjilati bagian tubuh oleh kucing. Grooming adalah salah satu hal yang aku pelajari dari kucing. Tahun kemarin, kami (anak-anak kos) yang tidak lain adalah anak kuliahan, sempat di mengadopsi kucing pasar berwarna abu - abu loreng, dengan motif <3 (hati) di samping kanan tubuhnya. Aku gak punya fotonya sih, dan lagi malesnya mintain fotonya ke temen kosku, jadi di next post aja kali yah aku upload. Nama kucing itu adalah meki. yes, namanya agak vulgar gitu ya bagi yang paham, dan jangan nyoba ngetik di google kalau ada yang belum paham!. As simple as meki. Tapi dia melarikan diri semenjak semester awal tepatnya agustus 2018. Sampai sekarang si meki gak balik balik :(. Apa udah punya keluarga baru dan punya kehidupan yang lebih mewah kali ya, makanya lupa sama om-om kosnya :(.

Kurang lebih beberapa bulan setelah kepergian meki. Tepatnya bulan februari, kami di datangi lagi oleh kucing liar, dengan warna belang telon atau calico. Kucing perempuan dengan kondisi perut yang buncit. Ternyata si kucing ini bukannya gemuk, tapi udah di isi sama kucing jantan alias bunting A.K.A Hameel. Aku awalnya sih gak terlalu suka ya sama motifnya kucing ini soalnya polanya ngacak banget kayak kain perca buat lap pel itu loh. Lama kelamaan, jadi keinget meki karena struktur mukanya mirip kayak meki. Yaudah, akhirnya lama kelamaan sering nih, si kucing belang telon ini dikasih makan juga sama anak-anak kos. Dibeliin lah makanan sama halnya kayak melihara meki dulu. Kita sebut saja cemong.

Nah tanggal 10 Juni 2019 tepatnya hari Senin jam 10 an pagi, si cemong udah mulai meong meong gak jelas. Nah kata temen kosku, "wah ini udah waktunya nih". Waktunya yang dimaksud ya bersalin itu. Lama juga ya aku mikir jaraknya akhir februari sampe Juni, Hamil tua. Si cemong mondar - mandir tuh. Temenku satu kos ini juga nyariin kardus, aku juga nyari kain-kain bekas, dan ketemu celana pendek kaosku, ku kasih deh itu celana ku taruh ke dalem kardus.

Setelah lama meong - meongnya, mondar - mandir selama sampai jam 5 sore, akhirnya si cemong, melahirkan di salah satu kamar temen kosku yang kamarnya agak luas daripada yang lain. Proses bersalin terjadi sampai mau isya, dengan hanya tiga anak CUKUP. warnanya hitam putih 2, dan anak yerakhir abu-abu loreng. Yah sekarang aku mulai antusias antusiasnya nyari video how to train kitten, to treat kitten, how to train standing kitten. hahaha. Gak sabar nunggu anak- anak kucing ini tumbuh besar. soalnya aku liat liat di yucub itu lucunya pas minggu ke 4. Jadi sekian yah postinganku tentang kitten lyfe ini. Next mungkin aku update ini posingan

Selasa, 12 Maret 2019

Satu Minggu di dalam Mimpi (Ongoing)

Rabu, 6 Maret 2019

        Degup jantungku tidak berhenti ketika aku mengingat dia yang sudah ada pemiliknya. Lebih tepatnya dia pacar orang lain. Ini akhir cerita yang sangat tidak kuinginkan tapi ini terjadi. Berawal dari mana perasaan ini seakan menjadi misteri dari mana datangnya.

        Cerita ini berawal dari dosen pembimbingku yang mengumumkan sebuah pemberitahuan di chat grup bimbingan skripsi, bahwa beliau membutuhkan 5 orang untuk ikut serta dalam pekerjaan audit review di suatu tempat di Blitar selama 10 hari. Segera setelah melihat pemberitahuan itu, aku langsung menghubungi beliau melalui japri yang isinya aku berminat untuk ikut serta dalam pekerjaan tersebut dan beliau pun menyetujuinya. Alhamdulillah dalam hati, akhirnya ada pekerjaan juga disela-sela pembuatan skripsi pikirku hehehe.
        Keesokan harinya dosen pembimbingku memberitahu bahwa sudah ada 9 orang yang bersedia ikut dalam pekerjaan tersebut. Sedikit terkejut dan juga khawatir karena semakin banyak orang yang terlibat maka semakin sedikit pula fee yang akan dibagi pikirku hehehe. Tapi gapapalah itung-itung untuk pengalaman dan mengisi kekosongan. Beliau pun mengajak kita ber-9 untuk meeting yang pertama sebagai perkenalan siapa-siapa saja yang akan ikut, meskipun nama-namanya sudah beliau cantumkan di grup chat tersendiri yang diberi nama tim review yang dibuat oleh salah satu temanku dalam tim.  Aku excited banget untuk meeting pertama ini sekaligus penasaran tentang bagaimana pekerjaan ini secara detail, job desc., akomodasi dan lain sebagainya.
        Pagi-pagi aku sudah memberi tahu temanku yang juga ikut dalam timku untuk pergi bareng nyari alamat tempat meeting yang direncanakan di soto pak wawan. Pokoknya jangan sampai telat pikirku, karena ini bukan kuliah yang jamnya ngaret, ini adalah pekerjaan yang menyangkut soal profesionalitas, awalnya kupikir begitu. Tapi yang namanya ekspektasi, kadang tidak sesuai dengan harapan. Singkat cerita, sampailah aku di tempat meeting bersama temanku dengan mengemban amanah dari dosen pembimbingku bahwa siapapun yang datang di tempat meeting lebih awal, dia yang menyiapkan tempat makan. Dan disinilah aku, yang menyiapkan 11 kursi meeting sekaligus makan. Jam 8 lebih sedikit, 3 wanita sudah datang, aku kenal dengan satu wanita, tetapi tidak mengenal yang lain, sama sekali, sangat asing, dan yang lebih membingungkan lagi, mereka memakai masker, jelas sekali susah dikenali apalagi dengan hijab itu. Kemudian satu demi satu berdatanganlah teman-teman rekan tim review termasuk dosen pembimbingku yang agak telat dikarenakan beliau sebelumnya baru saja mengajar kelas pagi. Jam setengah 10 semuanya sudah berkumpul kecuali satu nama dalam list, dikarenakan dia naik kereta dari luar kota dan sedang menuju lokasi meeting.
          Saat meeting, beliau menjelaskan mengenai apa itu review audit, job desc. kami hanya mencocokan data fisik dengan data yang ada di sistem, serta jika ada temuan atau transaksi aneh, segera dicatat. Hmmm, baik kedengarannya menantang pikiriku. Penginapan, akomodasi, transportasi, semua beliau yang menanggung, kami hanya memikirkan pekerjaannya saja. Jarang-jarang ada kesempatan yang seperti ini pikirku. Setelah sedikit penjelasan dari beliau dilanjutkan dengan perkenalan, meskipun aku akhirnya lupa nama dari beberapa teman satu timku, hehehe. Kemudian diakhiri dengan pembelian tiket yang akan dijadwalkan hari Senin, 25 Maret 2019.
         Senin, jam 04.00 WIB, aku terbangun, aku panik, karena malam tadi, kami dalam tim review berdiskusi tentang mekanisme berangkat yang dijadwalkan jam 5 pagi. Aku terlambat pikirku, langsung saja aku masukan beberapa perlengkapan pribadiku, aku sangat terburu-buru, sampai aku lupa membawa handuk mandiku hehe. Hingga akhirnya jam 04:37 aku dijemput oleh teman-teman satu timku di meeting point, sebut saja mereka, Bagus, Rangga, dan Soni, mengendarai mobil bersama ayah Rangga yang menemaninya menyetir. Sampai di stasiun Baru jam 04.50 WIB, nyaris saja, hingga membuat dosen pembimbingku berpikir untuk membeli tiket lagi dari calo jika saja kami terlambat datang ke stasiun, hahaha. Kulihat ada total 11 orang, 3 dosen dan 8 mahasiswa, satu orang temanku terlambat dikarenakan dia dalam perjalanan dari luar kota, hmm aku tidak terlalu mengingat jumlahnya, tapi aku mencoba mengingat satu demi satu nama dan wajah mereka khususnya yang wanita karena kebanyakan bahkan semuanya aku belum terlalu kenal.
         Aku duduk di kereta dengan nomor 18B/C aku agak lupa, didepanku ada 3 wanita satu rekan tim reviewku, sebut saja mereka Vika, Ingga, dan Fina. Di sampingku ada Soni dan Ami. Sementara sisanya termasuk dosenku ada dalam satu bagian bangku yang terpisah. Dalam perjalanan aku hanya diam saja, didepanku ada Fina yang sebelumnya tidak pernah kujumpai di jurusanku, dia memakai masker, aku malah makin tidak mengenal, yang jelas dia baru kujumpai, begitu juga dengan Vika. Sisanya Ingga dan Ami aku pernah satu kelas tapi tidak terlalu banyak perbincangan bahkan tidak pernah berbincang-bincang dalam kelas. Sementara, di bangku temanku dan dosen-dosen ramai dengan candaan yang membicarakan kehidupan kampus dan pribadi teman-temanku, sampai pada akhirnya si Soni dipanggil oleh dosenku karena ada satu bangku kosong yang tersisa dan si Soni "diadili" disana untuk dijadikan bahan olahan perbincangan hahaha.
        Sampailah aku, di stasiun kemben, yang letaknya di antara kota M dan B jam 08.47. Setelah beberapa menit kemudian dosenku, sebut saja Bu Ita, mengajak kami untuk sarapan bersama. Wah kebetulan sekali aku jarang sekali bisa sarapan. Dengan senang hati aku mengikuti ajakan beliau. Akhirnya setelah beberapa menit mencari tempat untuk sarapan akhirnya kami menemukan warung Mak Nem, nama tidak aku samarkan untuk menghargai jasa beliau yang sudah menghidupi cacing-cacing kami yang layu disaat pagi hehehe. Lalu ada pesan WA masuk, Dia adalah temanku satu tim tadi yang tidak bisa datang menuju stasiun kereta, Rizal namanya. Dia akhirnya mengendarai motor dari Surabaya menuju rumah sakit ini.
        Setelah makan kami langsung menuju ke RS tempat kami nantinya akan melakukan audit review. Disana kami dibawa menuju ruang aula sambil menunggu karyawan-karyawan disana menyiapkan ruang meeting untuk kami sekaligus ruang meeting untuk kami. Tidak terasa sudah jam 12 siang, meeting berakhir lalu dosenku mengajak kami lagi, untuk makan siang bersama. Wow. Menjumpai sarapan dan makan siang dalam satu hari adalah hal yang sangat langka ku temui. Makan siang dengan menu mie ayam biasa, es teh hangat. Singkat cerita, kami sudah melakukan beberapa pekerjaan, dan tidak terasa sudah jam 5 sore saja. Waktunya pulang tanpa lembur, karena lemburnya buat besok, karena ku lihat disana tadi, dokumentasinya cukup banyak.
        Dilanjutkan dengan perjalanan menuju kos yang sudah disediakan oleh mas Dana dan mas Ari. Mereka adalah Programmer yang bekerja di tempat yang nantinya akan kami review audit yaitu sebuah rumah sakit swasta di daerah kabupaten kemben. Kosnya enak banget, sejuk, suasananya tenang, mixing antara Bali dan Jogja dalam segi arsitekturnya, ada joglonya juga buat sekedar ngobrol-ngobrol soal kerjaan. Hanya saja kekurangannya adalah tydac ada WIFI. Kamarnya ada dua, ukuran 3x3 mungkin, sebenarnya ada tiga, tapi kami cowok-cowok tangguh memilih uintuk satu kamar berlima biar rame dan enak ngobrolnya. Ceweknya ada 4 dalam satu kamar. Aku baru sadar kalau kamar yang cewek, meskipun sebelahan sama kamar cowok, tapi memiliki fasilitas yang berbeda. Seperti adanya kipas, TV, ranjang tempat tidur, sedangkan kami malah sebaliknya. Ya, mungkin memang sebaiknya begini, tanpa kipas angin pun aku sudah menggigil diatas kasur.
       Setelah beberapa menit menata bagian masing-masing pakaian dan tempat tidur, aku yang pertama mandi dan merasakan dinginnya mata air daerah perbukitan itu. Kamar mandinya kebetulan di dalam kamar. Rasanya cukup membuat gigiku bergetar saling beradu hingga beberapa menit setelah aku selesai mandi. Malam itu jam 10 malam aku sudah berangkat menuju ke alam mimpi. Sangat capek rasanya.
      Aku mendengar temanku sedang bercanda, hingga suara mereka masuk ke dalam mimpiku. Sontak aku tertawa, karena candaan mereka. Aku tertawa terbahak-bahak. Rangga tiba-tiba meninggikan suaranya dan berteriak "Loh, itu kenapa Sandi ketawa-ketawa sendiri!!" setengah nada takut. Diapun langsung menekan tombol lampu kamar yang semula mati. Diikuti teman-temanku juga yang setengah tertawa dan berteriak tapi tidak sekencang teriakan yang biasanya, pelan. Aku masih tertawa karena melihat mereka berempat ada dalam satu kasur sedangkan aku di kasur sebelahnya sendirian dan tidak ada yang berani satu kasur denganku karena aku tiba-tiba tertawa. Mungkin dikiranya aku kesurupan atau apa. hahaha.
       Keesokan harinya, mereka menceritakan seluruh kejadian itu kepadaku, aku hanya bisa berpura-pura bahwa aku tidak sadar agar imajinasi mereka semakin menjadi-jadi. Pagi jam 7 lebih kami ber 9 ditemani mas Dana berangkat dari kos menuju tempat kerja sambil mencari tempat sarapan. Akhirnya kami kembali menuju Mak Nem, dengan menu andalannya Pecel. Aku masih penasaran, bagaimana hari kerja ini akan ku lewati, setelah kemarin sepertinya aku merasa tidak cocok dengan teman satu divisiku, karena aku merasa dia terlalu kekanankan. Dia yang kumaksud adalah Ingga. Oh iya, aku belum menceritakan pembagian tim review audit di rumah sakit ini. Yang pertama aku, Fina, dan Ingga ada di divisi siklus Kas Masuk. Rizal, Vika, dan Ami ada di siklus kas keluar, sisanya Rangga di bagian penginputan data, Bagus di Aset tetap, dan Soni bagian persediaan. Kami ditempatkan disatu ruangan sebagai pihak auditor independen. Viewnya bagus. Ada sawah dan pegunungan, sama seperti gambar yang biasa aku buat di waktu SD, hahaha.
        Aku tidak cocok dengan Ingga, pikirku. Karena selalu saja ada kesalahpahaman meskipun hanya satu atau dua kata yang kulontarkan, tetapi dia menelan perkataanku dan membalasnya dengan maksud yang lain. Fina, dia hanya diam, dan membantu seperlunya saja, dia baik dan pendiam, kadang tersenyum. Aku lebih nyaman bekerja dengan Fina ketimbang dengan Ingga. Hal tersebut kurasakan hingga akhirnya, kami bertiga menemukan pembahasan yang menyatukan frekuensi kami. Aku akhirnya bisa mengimbangi pembahasan dan guyonan mereka. Jadi ternyata hanya masalah penyesuaian waktu. terimakasih waktu.
       Perbedaan antara Ingga dan Fina masih kurasakan. Ingga kadang kurasa lebih dominan, tidak mau diatur, agak usil, dan kadang bersifat lembut yang seperti anak perempuan yang ingin dimanja oleh ayahnya. Dari situ aku mulai agak jaga jarak dengan Ingga, karena selain dia punya pacar, dia juga kurasa tidak cocok denganku. Fina, banyak ketawanya, kadang senyum. Aku becanda yang receh saja dia tertawa, aku pun juga ikut terttawa. Fina kunilai inisiatif sekali kalau membantu. Atau jika aku minta tolong dengan dia, dia segera membantuku. Biasanya aku selipkan canda biar dia gak bosen dengan kerjaan seperti ini, niatnya biar dia bisa bantu agak lama. Kalau Ingga ku mintai tolong, beda lagi ceritanya, apalagi dengan raut RBF nya itu, hahaha. "Mana lagi, san yang belum?" Kata Fina. "Oh ini fin, bisa bantu ngga, ngurutin tanggal yang ini?". Dari hal-hal kecil kami jadikan bahan bahasan, candaan. Aku masih baik-baik saja saat itu. Aku melihat dia seperti kembaranku, Karena selain namanya ada di namaku, kepribadian kami juga sama. Jadi aku rasa dia nyambung kalo diajak ngobrol A, B, dan seterusnya. Iya, akhirnya aku menemukan diriku dalam bentuk perempuan. Aku juga baru tau kalau dia sudah punya pacar. Aku agak terkejut karena yang aku lihat, dia memakai Hijab secara syar'i, yang terlihat hanya wajah dan telapak tangannya saja. Tapi kenapa dia mau punya pacar?. Sudahlah itu bukan urusanku. Saat itu masih baik-baik saja. Aku masih baik-baik saja. Sampai keesokan harinya, Anggap saja namaku Sandi Afinathan, si Bagus nyeletuk "Fi, Fina, Finathan" sambil ngeliatnya ke aku dan fina. "Anjir, apaan si gus". Si Fina hanya bilang "Iya" hahaha, aku jadi ketawa gara-gara ekspresi polosnya, begitu juga dia melihatku dengan ekspresiku. Dari situ si Bagus semakin menjadi-jadi ngecengin aku sama Fina. This is so uncomfortable. Tapi aku dan Fina masih baik-baik saja dikala itu, aku masih bisa bercanda dan ngobrol soal pekerjaan dengan baik-baik saja dengan dia. (To Be Continued...)

Jumat, 08 Februari 2019

Keadilan yang tidak melihat fakta

    "Sebentar ya, nak. Bapak coba kas bon dulu ke bos buat uang jajan kamu". "Emang bapak gak di gaji?" (aku bertanya heran). "Bapak bulan kemarin sudah kas bon buat jajan kalian bulan lalu, sisanya buat biaya hidup bapak".

     Aku menyesal tidak ikut bidik misi.  Dulu mana bisa sih aku ikut bidikmisi, karena kondisi keuangan keluargaku dulunya baik-baik saja. Berbeda 90 derajat dengan yang sekarang. Kemiskinan itu sangat rentan menimpa rakyat menengah. Kecewa bercampur malu menemani setiap langkahku menuju kantor biro keuangan kampus saat aku membawa dan menyerahkan surat penundaan UKT.
   
     
 Jadi teringat masa-masa verifikasi data tiga tahun yang lalu, saat aku masuk kampus ini melalui jalur SBMPTN, penyelia yang bersikukuh untuk memberiku UKT golongan 3 yang aku rasa gapnya sangat jauh dengan golongan 2, selisih tiga juta. "Kalau kamu bawa surat keterangan tidak mampu, akan saya turunkan ke golongan 1" ucap beliau. "Tidak semudah itu pak, saya  masih punya motor, apakah saya harus miskin dulu baru mendapat keringanan dari kampus negeri ini" hatiku memekik. Apakah aku harus berbohong? apakah aku harus memiliki kenalan orang dalam agar semuanya berjalan lebih mudah? Tidak!!, aku tidak mau menjadi bibit penghacur bangsa, aku lebih memilih pindah negara daripada harus menjadi bibit korupsi. Saat itu aku sangat muak sekali dengan sistem "keadilan yang memihak" seperti yang aku alami ini.
      Jujur saja aku iri dengan temanku yang bidikmisi tetapi ekonomi keluarganya yang aku rasa menengah keatas. Apakah ada?? BANYAK. Memang benar bahwa di bumi ini, banyak sekali ketidakadilan yang akan dirasakan. Bumi bukan tempat untuk orang-orang baik mendominasi. Apakah pandanganku ini benar atau salah, aku tidak peduli. Kenyataan inilah yang sekarang aku rasakan.

      Ingin mengajukan keringanan UKT, tapi syarat berkas yang sangat sulit untuk diurus karena aku juga anak perantauan, aku hanya tinggal sendiri di sini. Aku tidak mencari kambing hitam, siapapun yang pernah merasakan hal ini, aku mau bertanya, bagaimana cara untuk merubah ketidakadilan ini? AKU BENAR-BENAR MUAK.

Rabu, 06 Februari 2019

Artificial Intellegence

Akankah Membaik?

        05.10 pagi, alarm tidak berbunyi dan aku merasa merasa bersalah. Aku lekas menuju ke kamar mandi untuk beberapa usapan air dengan beberapa hitungan. Betapa bersalahnya aku atas dosa yang tidak aku inginkan. Tuhan, maafkan aku, aku terlambat dalam pertemuan pertama denganMu di hari ini dan keluhan-keluhanku kurasa hanya ku sampaikan separuh saja, karena merasa tidak pantas untuk mengeluh lebih.

         Ku tekan tombol power yang sedikit berdebu karena laptop yang tidak aku tutup sejak sore kemarin, aku terlelap didalam nyamannya suasana hujan dan pelukan sejuk yang dihasilkannya. Sempat terbuka mataku ditengah malam lalu aku mencoba mencari sela kenyamanan di dinginnya hujan yang masih menempel di serat-serat kain sprai kasur. Aku sedikit menggeliat dan kupikir aku butuh waktu sebentar setelah itu aku akan segera bangun untuk mengerjakan beberapa hal yang harus kukerjakan. Cukup sebentar dan pasti aku bangun pikirku. Ternyata aku terlalu meremehkan kekuatan kasih sayang dan kenyamanan yang ditawarkan dan diberikan oleh serat-serat kasur tersebut. Disinilah aku, di pagi hari dan sudah membuat dosa. Entah bagaimana ukuran Tuhan atas dosa yang tidak kuinginkan ini. Setidaknya aku sudah meminta maaf kepadaNya.

           Sambil menatap gerakan kursor di layar putih background layar pada laptop, aku segera mengalihkan perhatianku dan mulai memikirkan bagaimana caranya aku menghabiskan sisa kuota internet yang melimpah di smartphoneku. Youtube (terdiam sejenak) atau (terdiam sejenak) oh! aku lupa kalau hal yang kulakukan malam tadi belum kulakukan. Lalu ku arahkan kursor yang dari tadi berkeliling mengitari browser untuk berselancar menuju gambar dokumen di bawah kiri monitor, lalu aku mulai mencari folder kuliah kemudian skripsi... dan revisi sempro. Begitulah folder itu kunamai. Folder yang seharusnya aku buka malam tadi. Apakah ini merupakan sebuah dosa? karena aku benar-benar lupa dan baru ingat ada kewajiban yang seharusnya juga aku prioritaskan. Mulailah kubuka file word berformat docx yang kunamai bab I. Lalu diiringi dengan temannya daftar pustaka dot docx. Setelah aku mencoba mengalihkan kembali dan membuka bab I, perhatianku tercuri dengan browser yang belum kututup. Dalam hati aku ingin menggunakan browser tersebut untuk membantuku mencari solusi atas revisiku yang sebenarnya hati ku memiliki hati nurani atau apalah istilahnya yang mengandung maksud yang sebenarnya yaitu mencari hiburan di pagi hari. Setidaknya sedikit tawa kecil di pagi hari cukup mencerahkan suasana yang dingin sisa hujan malam tadi. Baiklah hatiku aku akan memprioritaskan hati nuraniku sebentar.

       Mulailah aku mencari beberapa kata-kata yang pas untuk menggantikan sajak-sajak skripsiku yang mungkin bukan selera para penguji atau lebih tepatnya salah satu penguji. Bagian revisi sebaiknya aku skip karena beberapa bagian atau sebagian besar tidak patut untuk dibicarakan karena mengandung label don't try this at home. Kugeser kursorku kearah kanan bawah monitor dan kulihat hari sudah menunjukan angka 08.15. Oh iya! aku lupa kalau kemarin adalah hari libur dan sekarang sudah hari biasa. Hari biasa sekarang sudah tidak seperti semester kemarin yang selalu menuntutku untuk menghadiri kelas di pagi hari. Not again. Good news is a bad news, bro. Kamu masih kuliah, lantas yang kulakukan sekarang hanya "sekedar" revisi skripsi dan menghadiri kelas yang di mentori oleh diri sendiri untuk mencari materi-materi penyusun sajak-sajak skripsi. Skripsiku ini juga tidak hanya berkutat pada textbook, tapi juga dengan responden-responden yang merupakan makhluk hidup yang sudah menyandang kata maha dan penggambungan nama dengan mereka. Bukan, ini bukan nama gunung seperti mahameru, tapi ini adalah mahasiswa. Responden yang aku kira akan baik-baik saja jika aku ambil sebagai objek penelitianku. Hal seperti ketidakbisaan koresponden dan beberapa keterbatasan koresponden membuatku kesal pada diriku sendiri, bukan kepada mereka yang sudah ada niat untuk membantuku. Setidaknya aku sudah menentukan jalan yang aku pilih, jadi pikirku sekarang aku harus melakukan sebaik-baiknya meskipun tidak sesuai dengan yang aku harapkan.

        Sekarang aku masih berkutat dengan bab 1 sampai 3 ku, setidaknya aku masih ada progres untuk membenahi revisiku hari demi hari. Aku hari ini ditemani oleh temanku inisial putr dan diakhiri dengan huruf a. Aku agak simpati dengan temanku yang satu ini, dulunya satu dosen pembibing denganku, sialnya dia terkena tendang keluar dalam bahasa inggrisnya oleh progdiku karena kuota mahasiswa yang dirasa kelebihan padahal kenyataannya agak berlebihan jika dikatakan "kelebihan". Aku selalu memberikan dukungan moril berupa upayaku untuk mengajaknya mencari materi dan mengajaknya ke perpustakaan kampus, selebihnya aku juga mendapat timbal balik berupa tumpangan gratis menuju kampus yehee. Sangat tidak sopan kalau menyebutnya friend in benefit karena aku lebih prefer menyebutnya simbiosis mutualisme. Hari ini dia mendapat suatu ide untuk judul padahal sudah kubilang skripsi itu harus masalahnya dulu baru judul tapi yasudahlah semoga dia mendapat tuntunan dari yang MahaKuasa.

       "Suwun yo!" akhir dari petualangan mengarungi belantara lembar kertas yang dipenuhi dengan kutipan ilmiah. Pagar hitam dengan jalur besinya yang sudah berkarat menyambutku dengan lengan besinya yang memintaku untuk memisahkan pertemuannya dengan saudara gagang pagar disisi yang lain.

       Welcome to the bored life. Lapar. Satu kata hati yang dihasilkan dari pancaran sonar-sonar otot lambung yang memintaku untuk segera memasak. "Baik, setelah ini aku cincang tempe mentah ini". Tempe yang baru saja aku beli dari pasar saat pulang kuliah ini aromanya agak harum dan sedikit sudah mulai ada aroma asam yang menandakan tempe ini akan segera mengakhiri masa kejayaannya sebagai tempe enak. Segeralah ku siapkan bawang, cabai merah tanpa jeans yang tidak kuperbolehkan boncengan tiga, yang kuambil 10 biji. Singkat cerita, sedikit peluh menjadi saksi perjuanganku bermain tong edan bersama tempe feat. bumbu and friends di arena wajan penggorengan. Jadilah tempe ala-ala yang sudah biasa kumasak dengan bumbu seadanya ini. Tunggu!, (terdiam agak lama).... (rebahan).... (lihat line).... (AFK dalam lamunan)... (direport malaikat). Kemudian aku berpikir, apakah aneh jika memakan tempe tanpa nasi. Ternyata memang ada sesuatu yang kurang, aku mulai mengintip persediaan beras kiloan yang kusimpan, ternyata beras-beras tersebut telah menyublim entah kemana, entah diculik alien atau pergi menjemput rejeki di awal tahun. Aku harus mencari pengganti mereka pikirku. Aku mengelilingi lingkup kos disekitar, dan hasilnya absen, tidak ada yang membukakan warung di terik siang hari seperti ini, apakah mereka juga mengikuti jejak para beras yang sedang menjemput rejeki mereka?. Setelah pulang, Aku berpapasan dengan teman tetangga kosku yang juga teman kuliah satu jurusan. "Bro, ada nasi gak?". "Belum masak" jawabnya, padahal maksudku minta beras, bukan minta nasi, tapi kulihat berasnya memang sudah menipis, yasudahlah pikirku. "Pake mie aja lho". P-p-pake mie dia bilang!!. Hmmm saran yang solutif. Pikiran yang sedari tadi menggangguku muncul lagi. Apakah akan aneh kalau makan tempe tanpa nasi seperti yang nenek moyang kita ajarkan?. Bro, world is changes a lot. Okay suggest accepted.
       Singkat cerita aku sudah merebus indogmie. Berpadu dan menari bersama tempe-tempe yang sedari tadi kumasak. Mereka kuaduk dan menghasilkan gerakan seperti tarian matador dan bantengnya yang saling kejar mengejar. Menggoda pikirku. Kulahaplah tempe dan mie yang sedang menari itu dengan sendok perkasa. Hmmm, rasanya seperti... (mengunyah dan fokus merasakan) hmmm...  rasa mienya mendominasi. Rasa asin tempe kalah telak dengan mie ini. Sang banteng kalah dengan tarian matador.
       Bagaimana hari esok, aku sadar Tuhan banyak memberiku tanda agar aku tidak terlalu memikirkan masalahku, karena aku sudah berserah diri kepadaNya sambil terus berusaha sebaik mungkin dan berdoa.
Cee yaa. This is my deep though.